Mahasiswa Stres di Masa Pandemi
Masa
pandemi yang disebabkan oleh COVID-19 ini sangat berdampak bagi berjalannya
aktivitas masyarakat. Tak terkecuali bagi para mahasiswa yang saat ini harus
diliburkan dirumah akibat COVID-19 ini. Semua kegiatan yang kemahasiswaan,
belajar mengajar dilakukan secara daring. Tentu hal ini tak mudah untuk
dilakukan baik bagi pihak kamus dan mahasiswa, sebab sampai sekarangpun setelah
hampir 2 bulan dirumahkan kebanyakan pihak kampus dan dosen belum bisa
menemukan cara atau metode yang efektif bagi berlangsungnya perkuliahan
walaupun dilakukan dengan keterbatasan fasilitas dan jarak. Kebanyakan
mahasiswa mengeluhkan sistem kuliah daring yang tidak efektif karena kebanyakan
dosen hanya memberikan tugas tanpa menjelaskan materi.
Tentu
hal ini menjadi malapetaka bagi para mahasiswa, apabila setiap harinya
setidaknya ada 4 matakuliah dan keempatnya hanya diberikan tugas tanpa
pemahaman materi dengan batas pengumpulan tugas yang sama-sama mepet, maka
mahasiswa hanya akan disibukkan dengan mengerjakan tugas, terlebih masa kuliah
daring ini juga beriringan dengan bulan suci Ramadhan yang mana tentunya akan
mengganggu apabila dosen hanya memberikan tugas. Sebab dibuan suci ini kita
berhara daat melaksanakan puasa serta beribadah secara khusuk, namun karena
kuliah daring dan tugas yang menumpuk setiap harinya, mahasiswa merasa ibadah
dibulan suci ini cukup terhambat sebab beban pikiran karena tugas yang tak
kunjung selesai.
Tak
hanya persoalan metode kuliah daring, mahasiswa juga dihadapkan dengan masalah
kuota internet yang harus mereka gunakan selama masa kuliah daring dirumah.
Mungkin beberapa Universitas telah mengikuti intruksi dari menteri pendidikan
agar pihak kampus menyediakan serta memfasilitasi mahasiswa selama perkuliahan
daring dengan memberikan voucher atau kuota gratis. Salah satunya yang
dilakukan oleh Universitas Amikom Yogyakarta, pihak kampus memberikan voucher
kuota garitis lewat surat edaran Rektor No. 001/SE.REK/AMIKOM/III/2020 dan No.
002/SE.REK.AMIKOM/III/2020. Yang mana salah satu isinya menyatakan bahwa pihak
kampus memberikan subsidi berupa Voucher kuota sebesar 10GB per 30 hari yang
dapat diclaim pada tanggal 11 april. Namun subsidi yang diberikan oleh pihak
kampus diras kurang oleh mahasiswa. Mengingat selama masa kuliah daring mereka
menggunakan kuota tidak hanya saat mata kuliah berlangsung saja, namun juga
digunakan untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen setiap harinya. Hal
ini juga membuat BEM AMIKOM dan Presma AMIKOM mengadakan diskusi online yang
dilaksanakan pada Jumat 15 mei 2020 yang lalu, diskusi ini dilakukan dengan
seluruh mahasiswa amikom untuk membahas apa saja yang saat ini dibutuhkan oleh
mahasiswa dimasa pandemi dan kuliah daring saat ini. Selain membahas masalah
kuota ada 2 pembahasan lainnya yaitu masalah SPP dan sembako untuk ara
teman-teman mahasiswa yang terjebak di Yogyakarta dan tidak bisa pulang
kerumah.
Selain
permasalahan diatas mahasiswa rantau juga dipusingkan dengan biaya uang sewa
kos yang harus tetap dibayar full walaupun kamar mereka ditinggalkan kosong dan
tidak menggunakan fasilitas dari kos. Tentu hal ini membuat setres mahasiswa
seteah masalah tugas dan kebijakan kampus masalah subsidi, kemudian harus
dihadapkan dengan uang sewa kos yang telah menanti.
Terakhir
hal yang paling mengejutkan, bukan hanya bagi mahasiswa tapi juga bagi seluruh
pelajar serta dosen dan guru yang ada di Indonesia. Dimana Kemendikbut telah
menyiapkan sekenario belajar hingga akhir tahun. Dikutip dari detik.com. “Dalam
menghadapi wabah COVID-19 yang masa akhir penyebarannya belum asti, maka
Kemendikbud menyiapakan 3 sekenario pembelajaran siwa”. Kata Plt Dirjen
PAUD-Pendidikan Tinggi Pendidikan Menengan Kemendikbud Hamid Muhammad pada
detikcom, senin (27/4/2020).
“Pertama,
kalau COVID selesai Juni, maka siswa bisa masuk secara normal mulai pertengahan
Jui sebagai awal tahun ajaran baru,” ujar Hamid. “Kedua, kalau COVID selesai
akhir agustus atau setember, maka semester ganjil 2020/2021 setengah semester
BDR, selebihnya masuk sekolah,” sambungnya. Selanjutnya Hamid mengatakan ada
skenario terburuk apabila pandemi corona tak kunjung selesai, maka semester
depan semuanya BDR,” tutur Hamid.
Hal
ini tentu menuai respon negatif dari para mahasiswa dan staff pengajar, sebab
perkuliahan daring akan dilakukan dengan jangka yang lebih panjang diluar
dugaan semua pihak. Ditambah beberapa pihak kampus juga sudah menambah masa
libur dan kuliah daring hingga akhir juli. Hal ini disebabkan semakin
meningkatnya kasus positif COVID-19 dibeberapa daerah. Menurut data terakhir
pada 17 Mei 2020 puku 16.00 WIB yang ditulis oleh okezone.com dinyatakan
setidaknya ada penambahan jumlah kasus sebanyak 489 terkonfimasi positif
sehingga totanya menjadi 17.514 kasus, sedangkan untuk pasien sembuh bertambah
sebanyak 218 orang hingga totalnya menjadi 4.129 0rang, dan terakhir
update untuk pasien meninggal bertambah
sebanyak 59 orang hingga totalnya menjadi 1.148 orang.
Jumlah
diatas sangat memungkinkan bertambah setiap harinya, mengingat banyaknya
masyarakat yang masih belum sadar tentang pentingnya social distancing dan
karantina mandiri. Masih banyak masyarakat yang menghabiskan waktu diluar tanpa
alasan yang jelas. Ada juga masyarakat yang tidak mengindahkan protokol
kesehatan pemerintah, untuk melaksanakan karantina mandiri apabila setelah
melakukan perjalanan di daerah zona merah.
Semua
orang dibelahan dunia ini tentunya mengharapkan agar wabah virus ini segera
berakhir senggi kita bisa beraktivitas seperti biasanya, tanpa merasa takut
untuk keluar dan berkegiatan diluar rumah. Tentunya ha ini hanya bisa
diwujudkan apabila masyarakat sadar dan mau bersama-sama membantu pemerintah
untuk memerangi virus ini dengan mengikuti protokol kesehatan dari pemerintah
dan WHO.
Comments
Post a Comment